Kamis, 22 Desember 2011

IDENTIFIKASI CACING PARASIT PADA TIKUS GOT (Rattus norvegicus) DI SEKITAR KAMPUS UNNES


IDENTIFIKASI CACING PARASIT PADA TIKUS GOT (Rattus norvegicus) DI SEKITAR KAMPUS UNNES


Tugas Penelitian Parasitologi

unnestrans.gif

disusun oleh :
Agus Ernawati 4411409006
Lili yuliati 4411409005


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang

Tikus merupakan binatang pengerat yang merugikan. Tikus merusak dan menghabiskan makanan,tanaman,barang dan bahan bangunan. Binatang pengerat ini lebih suka pada tempat-tempat yang gelap,lingkungan yang kotor, dan tempat yang terdapat bahan makanan. Binatang ini juga senang bersarang dengan membuat terowongan didaerah pemukiman manusia. Dengan demikian pindahnya penyakit yang dibawa tikus ke manusia cukup besar.
Ditinjau dari sudut kesehatan masyarakat, tikus sangat berbahaya karena dapat menularkan beberapa macam penyakit seperti pes, salmonelosis, murine typhus, scrub typhus, arbovirosis dan beberapa penyakit menular lainnya. Penyakit tersebut dapat ditularkan kepada manusia melalui serangga atau tungau sebagai vektor. Beberapa jenis parasit yang hidup di dalam tubuh tikus ternyata ditemukan pula pada manusia, misalnya Angiostrongylus cantonensis, cacing ini berbahaya bagi manusia karena dapat bermigrasi dari paru-paru ke otak yang dapat menyebabkan meningoensefalitis eosinofilik (Wiroreno, 1978; Suyanto et al., 1984). Cacing parasit Raillietina sp menyebabkan diare dan hilangnya nafsu makan pada penderita. Selain itu cacing Hymenolepis nana menyebabkan penyakit himenolepiasis dengan gejala sakit perut dengan atau tanpa diare, muntah, sukar tidur, dan pusing-pusing.










1.2    Perumusan masalah
Dari latar belakang diatas dapat  di buat perumusan masalah sebagai berikut:
Jenis cacing parasit apa yang terdapat pada tikus got (Rattus norvegicus)?

1.3    Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis cacing parasit pada tikus got (Rattus norvegicus ) yang tertangkap di sekitar kampus Universitas Negeri Semarang.


1.4    Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1.      Memberikan informasi kepada masyarakat tentang adanya cacing parasit pada tikus got (Rattus norvegicus) di sekitar kampus Universitas Negeri Semarang.
2.      Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya tentang adanya cacing parasit pada tikus got (Rattus norvegicus) di sekitar kampus Universitas Negeri Semarang.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rodent ( Tikus )
    
Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo rodentia, sub ordo myormorpa, famili muridae. Famili muridae ini merupakan famili yang dominan dari ordo rodentia karena memiliki daya reproduksi yang tinggi, pemakan segala macam makanan (omnivorous) dan mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan yang diciptakan manusia. Jenis tikus yang sering dilakukan di habitat rumah dan ladang adalah jenis rattus norvegicus.
Klasifikasi tikus rattus norvegicus menurut Ristiyanto,(2004) :
Dunia       : Animalia
Filum        : Cordata
Class         : Mamalia
Ordo         : Rodentia
Famili       : Muridae
Genus       : Rattus
Spesies     : Rattus norvegicus
Habitat tikus kebanyakan hidup di sela-sela dinding dapur, rumah, gudang, pasar, selokan dan lain-lain. Tikus got (Rattus norvegicus ) mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor 300-400 mm, panjang ekornya 170-230 mm. Warna rambut badan atas coklat kelabu, rambut bagian perut kelabu.
Hubungan tikus dengan kehidupan manusia
Tikus dapat menimbulkan permasalahan dalam kehidupan manusia sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun gangguan dan kerugian yang diakibatkan oleh tikus antara lain :
a.       Menimbulkan masalah kesehatan
Tikus berperan sebagai tuan rumah perantara untuk beberapa jenis penyakit yang dikenal sebagai rodent Borne disease antara lain penyakit pes, leptospirosis murine typhus, scrub typhus,ratbite fever.Sebagai contoh Salmononellosis
Salmonellosis merupakan penyakit infeksi pada manusia atau binatang yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhimurium dan dikenal dengan infeksi keracunan makanan. Salmonellosis pada manusia adalah khas dengan gastroenteritis yang akut, sakit perut, diare, pusing, muntah-muntah dan demam serta dehidrasi terutama pada bayi. Tikus dapat menyebabkan infeksi pada manusia melalui kotoran atau urin yang mengkontaminasi makanan.
b.      Menimbulkan kerusakan pada perabot rumah tangga
Tikus merupakan binatanag pengerat biasa mengasah giginya dengan menggigit benda-benda yang keras seperti almari, jendela, pintu dan lain sebagainya. Selain itu juga sering merusak barang-barang lainnya seperti buku, pakaian dan perabot lainnya.
Siklus hidup tikus
Tikus muda akan mencapai kematangan seksual setelah empat bulan. Rata-rata tikus rumah betina dapat beranak tiga sampai enam kali atau lebih dalam satu tahun.Rata-rata tikus tidak mampu hidup lebih dai 12 bulan, bahkan beberapa ahli mengatakan lama hidupnya selama enam bulan, (Mukono,2000).
2.2  Jenis cacing parasit pada tikus
2.2.1        Nematoda
Ciri umum:
1.   mempunyai saluran pencernaan dan rongga badan, rongga badan tersebut dilapisi oleh selaput seluler sehingga disebut SPEUDOSEL atau  PSEDOSELOMA.
2.   Potongan melintangnya berbentuk bulat, tidak bersegmen dan ditutupi oleh kutikula yang disekresi oleh lapisan hipodermis (lapisan sel yang ada dibawahnya).

Struktur anatomi :
Sistem integumen, permukaan luar tubuh cacing diselubungi oleh kutikula yang merupakan ikatan paling sedikit tersusun oleh 5 macam protein dan dapat dibedakan menjadi 3 lapis mulai dari permukaan secara berturutan adalah sebagai berikut : korteks, matriks dan basal. Dibawah integumen adalah hipodermis dan lapisan otot.
Sistem digesti, dimulai dari mulut pada ujung anterior tubuh yang dikelilingi oleh bibir, stoma atau rongga bukal/mulut (tidak selalu ada), esofagus, katup esofagointestina, intestinum atau mesonteron, sekum (ada/tidak), rektum (cacing betina) dan kloaka (cacing jantan) dan anus.
Sistem saraf, sejumlah ganglia dan syaraf membentuk cincin yang mengelilingi ismus esofagus, dari cincin syaraf tersebut keluar 6 batang syaraf menuju ke anterior dan 4 ke posterior.
Sistem reproduksi, jenis kelamin kebanyakan nematoda adalah terpisah (uniseksual). Pada cacing jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler.
Siklus hidup cacing nematoda secara umum dapat dibagi menjadi dua: Secara langsung contohnya Ancylostoma sp., Ascaris sp., Trichuris sp. Dan secara tak langsung contohnya Thelazia sp.
a.       Ascaris lumbricoides
Ascaris merupakan jenis cacing gilig yang besar berbentuk bulat dan panjang. Ekor cacing jantan berbentuk kerucut, tanpa sayap kaudal tetapi terdapat sejumlah papilla, memiliki tiga buah bibir pada bagian mulutnya. Dua buah bibirnya terletak pada bagian dorsal.
Siklus hidup
Dalam perkembangannya, melalui dua fase perkembangan yakni fase eksternal (diluar tubuh ternak) dan fase internal ( di dalam tubuh ternak).
Fase eksternal : dimulai sejak telur cacing Ascaris dikeluarkan bersama dengan feses dari dalam tubuh ternak penderita saat defikasi. Di alam luar, pada kondisi lingkungan yang menunjang, telur akan berkembang sehingga didalam telur terbentuk larva stadium I. Bila kondisi tetap menunjang, larva stadium I akan berubah menjadi larva stadium II yang bersifat infeksius (telur infektif) dan siap menulari ternak babi apabila telur tertelan.
Fase internal dimulai saat telur yang infektif tertelan oleh hospes definitife
b.      Enterobius vermicularis
Berukuran kecil, ekor memiliki 2 pasang papila besar dan beberapa papilla kecil. Cacing betina muda berwarna hampir putih, agak melengkung dan memiliki ekor pendek dengan ujung membulat runcing.


Siklus hidup
Cacing betina dan betina muda hidup di caecum dan colon crasum. Setelah pembuahan, betina yang dewasa mengembara ke rectum dan merayap ke luar melalui anus.
c.       Trichinella spiralis
Morfologi
Cacing dewasa kecil , tetapi sering muncul dalam jumlah besar, larva cacing menyebabkan efek yang serius dengan mengkista pada urat daging. Cacing betina panjangnya 1,4 –1,6 mm dan jantan 3-4 mm, ukuran telur 40 x 30 mikron, telur akan menetas dalam uterus cacing betina (viviparosa).
                    Siklus hidup 
Apabila kista yang infektif termakan oleh induk semang, maka daging yang mengandung kista tercerna oleh pengaruh enzim pencernaan dan larva cacing akan terbebas. Larva akan masuk kedalam usus halus dan menjadi dewasa kelamin.. kemudian cacing jantan dan betina kawin , setelah kawin dacacing jantan segera mati. Cacing betina akan menembus kedalam mukosa usus melalui glandula liberkhun kedalam ruang limfe, disini cacing betina bertelur dan menetas didalam saluran uterus dari cacing.
d.      Strongyloides stercoralis
Merupakan cacing benang yang hidup bebas di alam dan bersifat parasitic didalam intestinum vertebrata.
Siklus hidup
Betina terbenam di dalam mukosa usus halus. telur ini menetas didalam tinja dan larva stadium I dijumpai didalam tinja). Larva stadium I dapat berkembang langsung menjadi larva stadium 3 yang infektif (siklus Homogenik), atau berkembang menjadi bentuk jantan dan betina bebas yang akan dapat memproduksi larva infektif (siklus heterogenik). Bila kondisi lingkungan menunjang siklus heterogenik yang dominant dan bila tidak menunjang siklus homogenik yang dominant.




BAB III
METODE PENELITIAN
3.1  Jenis rancangan penelitian
Merupakan penelitian eksperimental laboratorium.
3.2  Populasi dan Sampel
3.2.1        Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah tiga  tikus got (Rattus norvegicus) disekitar kampus Universitas Negeri Semarang. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 19  Desember 2011.
3.2.2        Sampel
Sampel yang digunakan satu tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan disekitar Kampus universitas Negeri Semarang.
3.3  Variabel penelitian
1.      Variabel utama
Variabel utama dalam penelitian ini adalah tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan disekitar kampus universitas Negeri Semarang.
2.      Variabel pendukung
Jenis tikus dan  kondisi lingkungan .
3.4  Alat dan Bahan
3.4.1        Alat
1.      Mikroskop
2.      Seperangkat alat bedah
3.      Bak plastic
4.      Botol flakon
5.      Gelas benda
6.      Jebakan tikus


3.4.2        Bahan
1.      Tikus got (Rattus norvegicus)
2.      Alkohol 70%
3.      Klorofom
4.      Kapas
3.5   Cara Kerja








Tikus dibedah mulai dari anus ke atas sampai dada sehingga rongga badan dapat di amati

 





Organ dalam meliputi hati, ginjal, paru-paru dan organ pencernaan diambil kemudian ditempatkan dalam cawan petri secara terpisah untuk diteliti ada tidaknya cacing parasit.

 





Cacing yang diperoleh direndam dalam larutan campuran alkohol 70% dengan gliserin,sampai kutikulanya terlihat transparan bila dilihat dengan mikroskop

 





Identifikasi setiap jenis cacing yang ditemukan
 
 



















BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil pembedahan tikus yang dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan pada tanggal 7 Desember 2011 di dapat jenis cacing nematoda spesies Ascaris Lumbricoides dan Enterobius vermicularis.
1.      Ascaris Lumbricoides
Filum : Nematoda
Ordo  : Ascaridida
Famili :Ascarididae
Class: secernentea
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides

Morfologi Ascaris lumbricoides
Dari hasil penelitian dengan membedah tikus Rattus norvegicus yang dilihat dibawah dibawah mikroskop dengan perbesaran 4x10 tampak terlihat ciri-ciri cacing berwarna putih ukuran tubuh 1-10mm berbentuk silinder, jantan lebih panjang dibanding betina. Cacing ini banyak ditemukan di usus halus dan usus besar tikus. Hal ini disebabkan habitat cacing jenis ini berada diusus karena diusus merupakan tempat makanan bagi cacing jenis Ascaris lumbricoides untuk dapat mempertahankan hidupnya yaitu dengan menyerap sari-sari makanan pada usus inangnya.
Siklus hidup
Siklus hidup parasit “Ascaris lumbricoides “dimulai dari cacing dewasa yang bertelur dalam usus halus dan telurnya keluar melalui tinja lewat anus (1), sehingga tahap ini disebut juga dengan fase diagnosis, dimana telurnya mudah ditemukan. Kemudian telur yang keluar bersama tinja akan berkembang di tanah tempat tinja tadi dikeluarkan (2) dan mengalami pematangan (3). Selanjutnya setelah telur matang di sebut fase infektif, yaitu tahap dimana telur mudah tertelan (4). Telur yang tertelan akan menetas di usus halus (5). Setelah menetas, larva akan berpindah ke dinding usus halus dan dibawa oleh pembuluh getah bening serta aliran darah ke paru-paru (6). Di dalam paru-paru, larva masuk ke dalam kantung udara (alveoli), naik ke saluran pernafasan dan akhirnya tertelan (7). Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Mulai dari telur matang yang tertelan sampai menjadi cacing dewasa membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan

Gambar. Ascaris lumricoides perbesaran 4x10
Penularan ascariasis pada tikus sama halnya pada manusia dapat dilihat dari siklus hidup cacing: telur dikeluarkan melalui tinja dalam lingkungan yang sesuai akan berkembang menjadi embrio dan menjadi larva yang infektif dalam telur. telur tertelan oleh manusia dalam usus larva akan menetas larva keluar dan menembus dinding usus halus menuju sistem peredaran darah larva menuju ke paru trakea, faring, dan tertelan masuk ke esofagus hingga ke usus halus menjadi dewasa di usus halus. (Siklus hidup cacing belangsung selama 65-70 hari).


2.      Enterobius vermicularis
Klasifikasi Enterobius vermicularis
Filum   :  Nematoda
Kelas   :  Phasmidia 
Ordo    :  Rabditida                 
Famili  :  Oxuridae
Genus  :  Enterobius
Spesies:  Enterobius vermicularis






Morfologi Enterobius vermicularis
Gambar. Enterobius vermicularis perbesaran 40x10
Hasil yang didapat dari pembedahan tubuh tikus Rattus norvegicus yang dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 x10 terlihat cacing parasit dengan ukuran tubuh kecil yaitu 1-3 mm, warna tubuh putih banyak ditemukan di usus halus dan rectum tikus. Pada ujung posterior jantan melingkar ke ventral, Pada ujung posterior betina ekor berbentuk lurus dan runcing. Dari ciri-ciri tersebut diduga bahwa cacing parasit ini tergolongan jenis Enterobius vermicularis dari filum nematoda.








BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1.      Cacing parasit yang banyak menginfeksi Rattus norvegicus adalah jenis Ascaris lumbricoides dan Enterobius vermicularis.
2.      Cacing Ascaris lumbricoides banyak ditemukan di usus tikus Rattus norvegicus
3.      Cacing Enterobius  vermicularis banyak ditemukan di cekum Rattus norvegicus
5.2 Saran
1.      Sebaiknya perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang cacing parasit khususnya pada Rattus norvegicus.
5.3 Daftar pustaka
Gandahusada,S, Herry,H dan P,Wita. 2004. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Gaya Baru.
Desember 2011).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar