Selasa, 20 Desember 2011

laporan Rentang mesenterium tikus (mikroteknik)


PREPARAT RENTANG (SPREAD) MESENTERIUM TIKUS (Rattus sp)
A.    Tujuan
1.      Membuat preparat jaringan hewan dengan metode rentang (spread) dengan pewarnaan ganda menggunakan hematoxilin dan eosin
2.      Mengamati jaringan hewan untuk mengetahui strukturnya
3.      Mengamati “mast cell” yang ada pada mesenterium

B.     Landasan Teori
Dalam membuat preparat jaringan hewan awetan permanen maupun sementara dapat menggunakan beberapa metode di antaranya dengan menggunakan metode rentang (spread). Metode rentang (spread) adalah suatu metode sediaan dengan cara merentangkan suatu jaringan pada gelas benda sedemikian rupa sehingga dapat diamati di bawah mikroskop. Pada umumnya jaringan-jaringan yang dapat dibuat preparat rentang adalah jaringan-jaringan yang tipis, misalnya mesenterium.
Menurut M. C. Manus (1969), jaringan-jaringan yang tipis tersebut dapat diamati secara langsung di bawah mikroskop tanpa menggunakan pewarnaan dan juga tanpa fiksasi terlebih dahulu. Akan tetapi, pembuatan preparat rentang yang demikian tidak akan bertahan lama karena jaringan tidak difiksasi terlebih dahulu. Selain itu, jaringan juga akan mudah rusak. Untuk membuat preparat rentang yang dapat bertahan lama sehingga dapat diamati sewaktu-waktu, maka preparat harus difiksasi terlebih dahulu sebelum diwarnai. Zat warna yang dapat digunakan dalam membuat preparat ini antara lain hematoxilin, eosin, dan methylen blue. Pewarna hematoxilin dengan pelarut aquades sangat baik digunakan untuk mewarnai inti yang akan berwarna biru. Pewarna eosin dengan pelarut alcohol 70% sangat baik untuk mewarnai sitoplasma dengan warna merah, sedangkan methylen blue digunakan pada preparat sementara dengan cara meneteskan langsung ke jaringan kemudian diamati di bawah mikroskop yang mana methylen blue akan mewarnai butir-butir pada “mast cell” yang mewarnai dengan warna biru. Metode rentang juga dapat digunakan ntuk tujuan sitologi dan histology serta juga dapat digunakan untuk tujuan sitokimiawi seperti penelitian phosphatase dan hyaluroidase (Handari, 1983).
“Mast cell” merupakan sel yang pertama kali dikenal oleh Ehrlich tahun 1879 karena terlihat sebagai sebuah sel yang besar yang terisi penuh dengan butir-butir. Bentuk sel biasanya ovoid dengan inti bulat di tengah. Biasanya inti sulit terlihat karena tertutup oleh butir-butir yang menutupi memenuhi sel. Butir-butir dalam sitoplasma tersebut diketahui mengandung bahan-bahan seperti heparin, histamine, dan berbagai enzim yang diketahui berhubungan dengan gejala alergi anafilaksi. “Mast cell” atau mastosit diduga berasal dari sel-sel darah yang dinamakan sel basofil yang juga memiliki butir-butir (Subowo, 2002). “Mast cell” yang terdapat pada jaringan tipis seperti mesenterium dapat diamati dengan metode rentang.

C.     Cara Kerja
Hewan (dalam praktikum ini digunakan tikus) dibedah dan diambil jaringan tipisnya berupa mesenterium. Preparat mesenterium direntangkan pada gelas benda yang sebelumnya telah difiksasi sehingga bersih dan bebas lemak sampai preparat kering dan melekat. Jaringan yang telah kering dan melekat pada gelas benda difiksasi pada staining jar yang berisi larutan methanol 70% selama 3-5 menit. Setelah fiksasi dilakukan preparat dicuci dengan aquades, dikering anginkan

D.    Hasil Pengamatan

E.     Pembahasan

Berdasarkan hasil preparat yang telah dibuat yaitu preparat rentang mesenterium tikus dengan menggunakan metode rentang (Spread) menggunakan pewarnaan ganda yaitu hematoxilin dan eosin, dapat diketahui bahwa preparat terlihat cukup jelas.
Preparat rentang jaringan tikus dibuat dengan cara merentangkanbahan pada gelas benda sehingga diperoleh gambaran dari bahan/objek secara lengkap, tidak saling menumpuk dan teramati di bawah mikroskop. Preparat yang akan dibuat difiksasi terlebih dahulu dengan methanol dan diwarnai dengan pewarna ganda hematoxylin dan eosin. Hematoxylin digunakan untuk mewarnai inti, sedang eosin digunakan untuk mewarnai sitoplasma sehingga bagian dalam dari jaringan tersebut dapat terlihat dan dapat ditentukan jaringan penyusunnya.
Secara keseluruhan preparat yang dibuat terwarna merah dengan tampaknya inti yang tersebar dan berwarna biru keunguan. Preparat yang sel-selnya bertumpuk karena saat perentangan sediaan ada yang terlipat.
Pada preparat rentang mesenterium setelah diamati dibawah mikroskop yang teramati yaitu terdapat benang-benang, jaringan darah, nucleus, jaringan fibrosa, sel-sel bulat dan sel-sel ovoid.
Sel-sel ovoid berinti tersebut adalah mast cell sesuai cirinya yaitu sel berbentuk ovoid dengan butir-butir yang terdapat pada sitoplasma. Mast cell dapat terwarna dengan jelas karena menggunakan pewarnaan ganda yaitu zat warna hematoxylin dan eosin. Zat warna hematoxylin akan mewarnai butir-butir (ganula) dan inti sedangkan zat warna eosin mewarnai sitoplasma. Struktur jaringan hewan pada preparat tersebut terlihat dengan utuh karena sediaan diambil langsung sesaat setelah hewan mati sehingga sel atau jaringan tubuh masih hidup dan belum berubah bentuk. Dengan fiksasi menggunakan larutan methanol maka struktur tidak berubah.

F.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis terhadap objek pengamatan pada preparat mesenterium dapat disimpulkan:
1.      Salah satu metode dalam pembuatan preparat jaringan hewan yaitu dengan metode rentang (spread)
2.      Struktur jaringan yang tipis dapat diamati dengan metode rentang
3.      Pewarnaan ganda hematoxylin dan eosin dapat member warna yang kontras
4.      Pada preparat jaringan mesenterium bagian yang teramati yaitu mast cell, benang-benang kolagen, sel-sel bulat

G
G.    Saran
1.      Pembuatan preparat harus sesuai dengan prosedur untuk memperoleh hasil yang baik
2.      Pada saat merentang preparat harud dengan hati-hati agar jaringan tidak rusak
3.      Sediaan harus diambil secara langsung sesaat setelah hewan mati sehingga sel ataupun jaringan tubuh masih hidup dan belum berubah bentuk
4.      Setelah jaringan hewan direntangkan pada gelas benda jangan sampai mendapat tekanan atau perlakuan yang berlebihan sampai kering dan melekat sehingga sel atau jaringan tidak brubah strukturnya.

H.    Daftar Pustaka
Anonim. 2002. PR Biologi Kelas 2 SMU Tengah Tahun Pertama. Klaten : Intan Pariwara
Handari, S. Suntoro. 1983. Metode Pewarnaan. Jakarta : Bhatara Karya Aksara
Subowo. 2002. Histologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara
Rudyatmi, E. 2004. Diktat Mikroteknik. Semarang : FMIPA UNNES


Tidak ada komentar:

Posting Komentar